Catatan 7 Desember 2021
Aku bertemu seorang gadis di suatu tempat yang tak ingin ku sebutkan namanya. Tatapan pertama dan senyumnya biasa-biasa saja bisa dikatakan standart kecantikan pada umumnya ia biasa-biasa saja.
Pertemuan itu aku hanya sebagai tempat mediator shering pengetahuan. Seiring dengan sentuhan alunan suara bicaranya kumulai terbius akan kehidupan dan semangat impiannya. Selesai pertemuan tersebut. Beberapa hari ada suatu rasa yang aneh dan selalu terbayang akan wajah dan senyumnya.
Beberapa masalah kehidupan seakan terhabus tak sengaja bila terlintas melihat wajahnya di imajinasi begitu saja. Hati terasa berat melekat memikirkannya begitu saja. Pikiran terasa satu gambaran yaitu wajahnya yang begitu ceria.
Aku tak tahu apakah ini yang dinamakan rindu? Padahal aku pertama kali bertemu dengan dia. Apakah ini namanya cinta tapi tak memiliki? Selama hidup baru pertama kali merasakan hati berat merasakan rindu atau mungkin bukan rindu? Tapi sesuatu yang pasti aku ingin bertemu dengan dia dan ingin berbicara, ingin memahami seluk beluk mengenai dia.
Haduh, betapa rasa ini sulit untuk ditebak. Apakah ini yang dinamakan kangen? Tak pasti, semua terasa berat dan terbayang-bayang akan bayangan sang perempuan yang membius relung hatiku. Perempuan yang sulit ditebak. Bahkan dengan akalpun tak mampu mendiskripsikannya.
Aku bukanlah pria yang tak mudah mengatakan ‘jatuh cinta’. Aku bukan pria yang tak mudah menyatakan ‘aku cinta padamu’. Aku tak mudah ‘mencintai’. Aku tak mudah mengakui ku ‘cinta’. Pernyataan dan ungkapan cinta begitu sakral bagiku karena ia menyangkut rasa hati. Bila aku melukai hati yang tersakiti oleh pernyataanku yang tak berhati-hati. Bodohlah diriku sebagai seorang lelaki yang mudah mengubar janji. Bila belum ku ucapkan maka saya tak memiliki kesalahan apapun terhadap orang kucinta, meski ia merasa.
Bila ku ungkapkan maka ‘dititik itulah ku berusaha memilikinya’. Bila disodorkan, milih diskati atau menyakiti. Ku hanya berkata kejujuran tak terkukung atas kemurnian jiwalah akan seperti apa pada jawaban akhir yang diberikan waktu.
Cinta itu abstrak tidak bisa dibuktikan secara inderawi dan rasio. Tapi ia ada dan diyakini ia suatu abstrak yang nyata mempengaruhi kehidupan dan tindakan